Ilustrasi: volunter di Asian Games 2018. (Foto: Raja Adil Siregar/detikSport) Jakarta - Volunter atau sukarelawan menjadi pecahan penting dalam menyukseskan sebuah multievent. Tapi ternyata masih banyak
volunter yang kepekaannya kurang.
Hal itu disampaikan inisiator Jakarta Barrier Free Tourism, Cucu Saidah. Cucu merupakan salah satu pengajar dalam training on trainer (ToT) volunter Asian Para Games 2018 di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Bukan kesalahan tapi mungkin kepekaan mereka belum terbangun. Berkali-kali kami bilang Anda coba melatih kepekaan Anda. Sekarang ada teman-teman disabilitas jadi dapat disapa atau ajak ngobrol. Karena melatih kepekaan itu dengan mengajak bicara," kata Cucu, Jumat (29/9/2018).
Cucu menjelaskan dalam pembinaan tersebut ada dua poin yang ia tekankan kepada relawan. Pertama soal pemahaman disabilitas, kemudian yang kedua cara beretika dengan penyandang disabilitas.
"Apa itu disabilitas? kita bukan insan yang super hebat. Kami sama saja. Kami juga memberi penyadaran ketika atlet itu bertanding di Asian Para Games, yang kalah ada, yang menang juga ada. Kaprikornus sama dengan insan normal pada umumnya. Menanamkan itu supaya kita tidak menduga-duga dan berasumsi," Cucu menjelaskan.
"Lalu yang kedua beretika dengan penyandang disabilitas ibarat apa. Caranya dengan apa? Ya, dapat tanya eksklusif ke yang bersangkutan. Misalnya, orangnya perlu dibantu tapi tanya dengan yang bersangkutan. Perlu dibantu atau tidak. Kaprikornus tidak tiba-tiba tiba bantu, tapi kenalkan dulu. Sehingga orang yang diajak juga nyamaan," lanjutnya.
"Lalu tawarkan dibantu atau tidak. Jika responnya iya dibantu tinggal ikuti instruksinya. Semisal tuna netra, sapa lah dengan dua kali sentuhan. Kemudian bila ada apa-apa dideskripsikan. Sehingga ia dapat tahu."
Diakui Cucu tak gampang untuk mengajar seorang volunter. Tantangannya selain soal waktu dan jumlah volunter, jumlah pengajar yang disiapkan juga tidak banyak. "Saat itu, jumlah volunternya mencapai 300 yang dibagi enam kelas dalam waktu tiga hari. Malah, kemarin ketika divisi transportasi satu kelas mencapai 200 orang dan kebagian dua jam di kelas. Kaprikornus waktunya sedikit," katanya.
Dia pun berharap Asian Para Games, multievent olahraga atlet-atlet penyandang disabilitas, dapat menjadi jalan menuju Indonesia yang ramah disabilitas. "Ya biar acaranya sukses, lancar, penonton antusias sebab ini menjadi ajang Indonesia juga menuju ke ramah disabilitas," ucapnya.
ADS HERE !!!