Sri Lestari, atlet anggar dingklik roda (Agung Pambudhy/detikSport) Solo - Sri Lestari, 40 tahun, berstatus atlet semenjak 2011. Mengawali dari voli duduk, sekarang ia nyaman di dingklik roda.
Lestari menjadi andalan Indonesia di anggar pada
Asian Para Games 2018 Jakarta. Kendati tak memperoleh medali, ia puas. Dia sanggup mendapat kesempatan bertarung dengan atlet anggar se-Asia.
Padahal, sebelumnya ia mapan sebagai atlet voli duduk. Lestari pemilik medali emas ASEAN Para Games 2011 Solo, emas 2012 Papernas Riau mewakili Kalimantan Timur, emas ASEAN Para Games 2015, Myanmar, dan perak Peparnas 2016 Bandung.
Tapi kemudian, oleh suaminya, Muhammad Rai, yang seorang atlet para-athletics, Lestari disarankan pindah cabang olahraga. Yakni, ke anggar.
"Saya sudah latihan 10 bulan untuk voli duduk ke Asian Para Games 2018, tapi alasannya ialah ada pelatnas anggar, ada ketua Boyolali, dianjurkan untuk ikut," kata Lestari.
"Waktu itu, awalnya alasannya ialah biar ada atlet untuk anggar dingklik duduk alasannya ialah Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games. Saya ikuti, pas masuk. Kemudian aku izin suami, boleh tidak kalau terima di anggar," kata dia.
Oleh suaminya, Lestari diizinkan untuk mengikuti seleksi di Solo, Jawa Tengah. Saat pemanggilan pelatnas anggar, Lestari juga mendapat daerah di voli duduk.
Lewat pertimbangan matang, Lestari tetapkan untuk beralih ke anggar. Dia tak kesulitan untuk beradaptasi.
"Tidak susah. Karena dasar sudah ada. Cuma alasannya ialah gres kenal alat jadi harus ada penyesuaian, sekitar tiga pekan lah. Saat sudah bisa, bermain, lebih bahagia lagi," kata ibu satu anak itu.
"Di anggar itu dituntut untuk mempunyai kecepatan dikala bertanding. Kalau lebih cepat poin segera dapat. Tapi, pergerakan lambat poin niscaya diambil lawan.
Lalau aku termasuk kategori A, itu kategori pinggang kuat. Kalau B, kategori pinggang kecil tak kuat," ia menjelaskan.
ADS HERE !!!