Menpora Imam Nahrawi menyambangi rumah sedih Alm. Imam Nahrawi. Jakarta - Menpora
Imam Nahrawi ikut berduka cita atas meninggalnya sprinter
Purnomo Muhammad Yudhi. Dia berpesan biar atlet muda meneruskan semangat sang legenda.
Atlet sprinter Asia itu tutup usia pada Jumat (15/2) pukul 09.00 WIB. Purnomo meninggal alasannya yaitu sakit kanker hati dan dimakamkan di Tanah Kusir.
Imam hadir pribadi untuk melihat sang legenda terakhir kalinya. Selain bangga, menteri asal Bangkalan itu berharap usaha hidup Purnomo sanggup memantik atlet muda untuk lebih berprestasi.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Kita semua berduka cita hari ini, kita semua bangsa Indonesia, masyarakat atletik, dan tentu para olimpian berdukacita atas meninggalnya bapak Purnomo," kata Imam usai melayat di rumah sedih daerah Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (15/2/2019).
"Seorang sprinter yang betul-betul telah menginspirasi atlet muda untuk sanggup berjuang berprestasi hingga level tertingginya. Dia memulai itu dan memberi contoh. Kita berdoa almarhum menerima tempat mulia di Allah SWT. Saya berharap keluarga yang ditinggal sabar, ikhlas, dan rela melepaskan kepergiannya," ujar dia.
"Kepada sprinter atlet muda, ayo lanjutkan usaha almarhum. Pasti almarhum punya keinginan besar kelak sprinter Indonesia sanggup juara di level tertinggi di multievent terbesar Olimpiade. Tentu ini harus kita lanjutkan bersama-sama. Kami berharap kepada PASI bagaimana ide dan semangat almarhum jadi semangat atlet kita," kata Imam.
Di balik prestasi membanggakan Purnomo, perhatian pemerintah kepada legenda-legenda olahraga belum sepenuhnya optimal kendati sudah ada perubahan.
Imam menyampaikan pemerintah sejatinya sangat ingin memperhatikan. Hal itu dibuktikan dengan memperlihatkan apresiasi kepada legenda olahraga Indonesia pada 2017.
"Kami ingin semua diperhatikan, pemerintah ingin memperhatikan atlet-atlet dari jaman dulu hingga akan datang. Itu pernah kami lakukan saat kita mengumpulkan para legenda, peraih medali, di Bidakara. Itu salah satu semangat yang telah ditunjukkan kami," ujarnya.
"Selebihnya tentu ini menjadi pelajaran buat kami semua bahwa atlet tak sanggup dibiarkan sendirian. Baik saat menjadi atlet atau tidak. Harus dijadikan ikon.Di sini lah tugas swasta mengakibatkan atlet sebagai ikon dalam keberlangsungannya tidak hanya bonus, tidak hanya diangkat PNS, tapi ada hal-hal lain," beliau menjelaskan.
"Saya bersyukur juga bahwa para atlet sanggup lebih berkembang dan perhatian. Itu dihentikan berhenti harus terus dilanjutkan," beliau menambahkan.
ADS HERE !!!